Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki
keanekaragaman didalam berbagai aspek kehidupan . Bukti nyata adalah
kemajemukkan diidalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di
Indonesia . Tidak dapat kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta ,
rasa , karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia .
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayan . Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat .
Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia .Tiap suku bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri khas keudayaan yang berbeda-beda . Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa . Sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia , suku Sunda memiliki karakteristik yang membedakannya dengan suku lain . Keunikan karakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama , mata pencaharian , kesenian dan sebagainya .
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayan . Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat .
Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia .Tiap suku bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri khas keudayaan yang berbeda-beda . Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa . Sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia , suku Sunda memiliki karakteristik yang membedakannya dengan suku lain . Keunikan karakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama , mata pencaharian , kesenian dan sebagainya .
Suku Sunda dengan sekelumit kebudayaannya merupakan salah satu hal yang
menarik untuk dipelajari dalam bidang kajian mata kuliah Ilmu budaya Dasar yang
menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi kita .
A.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana system interaksi dalam masyarakat sunda ?
2. Bagaimana stratifikasi masyarakat sunda ?
3. Apa makan khas masyarakat sunda ?
4. Menjelaskan bagaimana bentuk rumah adat sunda ?
5. Menjelaskan baju adat khas sunda?
6. Menjelaskan bagaimana hukum adat masyarakat sunda ?
7. Menjelaskan kesenian yang ada di masyarakat sunda ?
8. Menjelaskan bagaimana Bahasa sunda , agamanya dan mata
pencaharian ?
C. TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu
:
1. Mengetahui system interaksi dalam kehidupan keseharian
suku sunda.
2. Mengetahui akan stratifikasi suku sunda.
3. Mengetahui makanan khas suku sunda.
4. Mengetahui bentuk rumah adat suku sunda.
5. Mengetahui baju adat khas sunda.
6. Mengetahui hukum adat suku sunda.
7. Mengetahui kesenian yang ada di suku sunda.
8. Mengetahui agama dan profesi suku sunda.
A. SISTEM INTERAKSI DALAM SUKU SUNDA
Jalinan hubungan antara individu- individu
dalam masyarakat suku Sunda dalam kehidupan sehari- hari berjalan relatif
positif. Apalagi masyarakat Sunda mempunyai sifat someah hade ka semah. Ini
terbukti banyak pendatang tamu tidak pernah surut berada ke Tatar Sunda ini,
termasuk yang enggan kembali ke tanah airnya. Lebih jauh lagi, banyak sekali
sektor kegiatan strategis yang didominasi kaum pendatang. Ini juga sebuah fakta
yang menunjukkan bahwa orang Sunda mempunyai sifat ramah dan baik hati kepada
kaum pendatang dan tamu.
Diakui pula oleh etnik lainnya di
negeri ini bahwa sebagian besar masyarakat Sunda memang telah menjalin hubungan
yang harmonis dan bermakna dengan kaum pendatang dan mukimin. Hal ini ditandai
oleh hubungan mendalam penuh empati dan persahabatan Tidaklah mengherankan bahwa
persahabatan, saling pengertian, dan bahkan persaudaraan kerap terjadi dalam
kehidupan sehari-hari antara warga Sunda dan kaum pendatang. Hubungan urang
Sunda dengan kaum pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa
pun-keseharian, pendidikan, bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui
komunikasi yang efektif. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
kesalahpahaman dan konflik antarbudaya antara masyarakat Sunda dan kaum
pendatang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi penyebab utamanya
adalah komunikasi dari posisi-posisi yang terpolarisasikan, yakni
ketidakmampuan untuk memercayai atau secara serius menganggap pandangan sendiri
salah dan pendapat orang lain benar.
Perkenalan pribadi, pembicaraan dari
hati ke hati, gaya dan ragam bahasa (termasuk logat bicara), cara bicara
(paralinguistik), bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara menyapa, cara duduk, dan
aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan akan turut memengaruhi berhasil
tidaknya komunikasi antarbudaya dengan orang Sunda. Pada akhirnya, di balik
kearifan, sifat ramah, dan baik hati orang Sunda, sebenarnya masih sangat
kental sehingga halini menjadi penunjang di dalamterjalinnya system interaksi
yang berjalan harmonis.
B. STRATIFIKASI SUKU SUNDA
Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat
Sunda, mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat
tergantung pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan
keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat
lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat
yang lebih luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat
banyak dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top
leader” yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan
keagamaan. Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan
sebagai kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di
dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan
perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida,
menggambarkan struktur masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku atau
agraris.
Perbedaan status di antara kelompok
elite dengan masyarakat umum dapat terjadi berdasarkan status kedudukan,
pendidikan, ekonomi, prestige sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang telah
meneliti masyarakat Jawa Barat mengatakan bahwa ada kelompok
“in group” dan “out group”
dalam struktur masyarakat. Kaum memandang sesamanya sebagai “in group”
sedang di luar status mereka dipandang sebagai “out group.
W.M.F. Hofsteede, dalam
disertasinya Decision-making Process in Four West Java Villages (1971)
juga menyimpulkan bahwa ada stratifikasi masyarakat ke dalam kelompok elite dan
massa. Elite setempat terdiri dari lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat,
guru, tokoh-tokoh politik, agama dan petani-petani kaya. Selanjutnya, petani
menengah, buruh tani, serta pedagang kecil termasuk pada kelompok massa. Informal
leaders, yaitu mereka yang tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat
berpengaruh di desa tersebut, dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau
seluruh desa.
Hubungan seseorang dengan orang lain
dalam lingkungan kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati
kedudukan yang sangat penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari adanya
istilah atau sebutan bagi setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan
vertikal (bao, buyut, aki, bapa, anak, incu)
maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur, dulur misan, besan),
melainkan juga berdampak kepada masalah ketertiban dan kerukunan sosial. Bapa/indung,
aki/nini, buyut, bao menempati kedudukan lebih tinggi dalam struktur
hubungan kekerabatan (pancakaki) daripada anak, incu, alo, suan.
Begitu pula lanceuk (kakak) lebih tinggi dari adi (adik), ua lebih
tinggi dari paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan orang
lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan keluarga
besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga menghargai, kerjasama,
dan saling menolong di antara sesamanya, serta menentukan kemungkinan
terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya guna membentuk
keluarga inti baru.
Pancakaki dapat pula digunakan sebagai media pendekatan oleh
seseorang untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapinya. Dalam hubungan ini
yang lebih tinggi derajat pancakaki-nya hendaknya dihormati oleh
yang lebih rendah, melebihi dari yang sama dan lebih rendah derajat pancakaki-nya.
C.
MAKANAN KHAS SUNDA
1. Tahu Sumedang
Sesuai dengan namanya,
makanan ini merupakan makanan olahan tahu khas Sumedang yang biasa dicampur
dengan cabai, ataupun yang lainnya.
2. Karedok
3. Perkedel Bondon
Perkedel kentang yang dimasak atau
digoreng di atas tungku api, dan bahan bakan untuk menyalakan api/baranya
menggunakan kayu atau arang. Mungkin cara memasaknya ini lah yang membuat
perkedel ini sangat nikmat disajikan panas panas dan dengan sambal saja sudah
cukup untuk menemani nasi sebagai lauk untuk bersantap.
4. Gepuk
Gepuk adalah makanan khas Jawa Barat yang terbuat dari daging
sapi,terasa sedikit manis dan gurih. Biasanya gepuk dibuat dengan daging
sapi,yang diiris searah dengan serat daging dan direbus setengah mateng,
kemudian di pukul pukul hingga agak empuk. Daging yang sudah empuk direndam
kedalam bumbu yang dicampur dengan santan.kemudian direbus kembali hingga air
santan menyusut.Jika akan disajikan gorenglah gepuk dengan sedikit minyak
hingga kecokelatan dan angkat.Gepuk akan lebih enak di santap dengan nasi
hangat dan sambel yang kami sediakan.
Dalam masyarakat Sunda buhun (kuno) dikenal beberapa jenis bangunan
rumah, Pada umumnya bangunan rumah adat sunda bentuknya panggung, yang
kaki-kakinya (tatapakan, istilah sunda) terbuat dari batu persegi (balok) dalam
bahasa Sunda disebut batu tatapakan. Untuk tihang (tiang) mengunakan kayu.
Bagian bawah/lantai menggunakan papan kayu atau palupuh/talupuh dari bambu.
Dindingnya memakai anyaman bambu (bilik) atau papan kayu.
E. BAJU ADAT KHAS SUNDA
Pakaian Adat Jawa Barat
Dalam gaya berpakaian, masyarakat suku Sunda mengenal beberapa jenis baju adat
yang didasarkan pada fungsi, umur, atau tingkatan sosial kemasyarakatan
pemakainya. Berdasarkan tingkat strata sosial pemakai misalnya, pakaian adat
Jawa Barat dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pakaian rakyat jelata, kaum
menengah, dan para bangsawan.
Pakaian Adat untuk Rakyat Jelata
Bagi
rakyat jelata, laki-laki Sunda pada masa silam selalu mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Mereka mengenakan celana komprang atau pangsi yang dilengkapi
dengan sabuk kulit atau kain. Sebagai atasan, baju kampret atau baju salontren
yang dilengkapi sarung poleng yang diselempangkan menyilang di bahu tak pernah
lepas dalam menjalani keseharian. Pakaian adat Sunda tersebut juga akan
dilengkapi dengan penutup kepala bernama ikat logen model hanjuang nangtung
atau barangbang semplak dan alas kaki berupa tarumpah atau terompah dari
kayu.
Untuk
para wanita, pakaian adat Jawa Barat yang dikenakan juga terbilang sederhana.
Perlengkapan seperti sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur (ikat
pinggang), kamisol (kutang atau BH), baju kebaya, dan selendang batik merupakan
pilihan utama. Sebagai riasan pelengkap, gaya pakaian tersebut juga akan
disertai dengan hiasan rambut yang digelung jucung (disanggul kecil ke atas),
aksesoris berupa geulang akar bahar (gelang akar bahar), ali meneng (cincin
polos), suweng pelenis (giwang bundar), dan alas kaki berupa sendal keteplek
(sendal jepit).
Beda kelas, beda pula tampilannya. Untuk mereka yang
terbilang kaum menengah dalam strata sosial, penggunaan pakaian adat Jawa Barat
dikhususkan dengan tambahan beberapa pernik. Para pria selain akan menggunakan
baju bedahan putih, kain kebat batik, alas kaki sandal tarumpah, sabuk
(beubeur), dan ikat kepala, mereka juga akan mengenakan arloji rantai emas yang
digantungkan di saku baju sebagai kelengkapan berbusana.
Sementara untuk para wanitanya, pakaian adat Jawa Barat yang
dikenakan adalah kebaya beraneka warna sebagai atasan, kain kebat batik
beraneka corak sebagai bawahan, beubeur(ikat pinggang), selendang berwarna,
alas kaki berupa selop atau kelom geulis, dan perhiasan berupa kalung, gelang,
giwang, dan cincin yang terbuat dari perak atau emas.
Pakaian Adat untuk Kaum Atas
Pakaian Adat untuk Bangsawan Bagi para bangsawan atau menak,
pakaian yang digunakan adalah simbol keagungan. Oleh karenanya, dari segi
desain, pakaian ini terlihat sebagai pakaian adat Jawa Barat yang paling rumit
dan estetik.
Bagi para pria bangsawan, pakaian adat Sunda yang mereka kenakan terdiri dari jas tutup berbahan beludru hitam yang disulam benang emas menyusuri tepi dan ujung lengan, celana panjang dengan motif sama, kain dodot motif rengreng parang rusak, benten atau sabuk emas, bendo untuk tutup kepala, dan selop hitam sebagai alas kaki. Sedangkan untuk para wanita, pakaian adat Jawa Barat yang dikenakan kebaya beludru hitam bersulam benang emas, kain kebat motif rereng, dan alas kaki berupa sepatu atau selop berbahan beludru hitam bersulam manik-manik. Tak lupa beberapa pernik perhiasan juga dikenakan seperti tusuk konde emas untuk rambut yang disanggul, giwang, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, peniti rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahta berlian.
Bagi para pria bangsawan, pakaian adat Sunda yang mereka kenakan terdiri dari jas tutup berbahan beludru hitam yang disulam benang emas menyusuri tepi dan ujung lengan, celana panjang dengan motif sama, kain dodot motif rengreng parang rusak, benten atau sabuk emas, bendo untuk tutup kepala, dan selop hitam sebagai alas kaki. Sedangkan untuk para wanita, pakaian adat Jawa Barat yang dikenakan kebaya beludru hitam bersulam benang emas, kain kebat motif rereng, dan alas kaki berupa sepatu atau selop berbahan beludru hitam bersulam manik-manik. Tak lupa beberapa pernik perhiasan juga dikenakan seperti tusuk konde emas untuk rambut yang disanggul, giwang, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, peniti rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahta berlian.
F.
HUKUM ADAT SUNDA
Upacara adat sunda
Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya pada masyarakat Sunda masih dipelihara dan dihormati. Dalam daur hidup manusia dikenal
upacara-upacara yang bersifat ritual adat seperti: upacara adat Masa Kehamilan,
Masa Kelahiran, Masa Anak-anak, Perkawinan, Kematian dll. Demikian juga dalam
kegiatan pertanian dan keagamaan dikenal upacara adat yang unik dan menarik.
Itu semua ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur dan mohon kesejahteraan dan
keselamatan lahir bathin dunia dan akhirat. Beberapa kegiatan upacara adat di
Jawa Barat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Upacara Adat Masa Kehamilan
Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat jawa barat apabila seorang perempuan baru mengandung w atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. setelah lewat 3 bulan barulah disebut hanil. upacara mengandung tiga bulan dan lima bulan dilakukan sebgai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul - betul hamil.
Namun sekarang kecendrungan orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjak empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah Swt. biasannya pelaksanaan upacara mengandung empat bulan ini mengandung pengajian untuk membacakan do'a selamat, biasannya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinnya mulus, senpurna,seat dan selamat.
Upacara mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkaben adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seseorang ibu menggandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungannya dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkabean berasal dari kata tingkeb artinya tutup. maksudnya si ibu sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminnya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah terlalu besar, hal ini menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, dalam upacara ini biasannya membaca ayat Al-Qur'an surat yusuf, surat Lukman & Surat Maryam.
Disamping itu di persiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil, dan yang utama adalah rujak konsisten yang terdiri dari 7 buah-buahan. ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji.
Secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. pada guyuran ketujuh dimasukkan belut sampai mengena pada perut si ubu hamil. hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar.
Sesudah selesai dimadikan biasannya ibu hamil didandankan dan dibawa ke rujak konsisten tadi dan kemudian ibu hamil tersebut menjual rujak tersebut kepada anak anak dan para tamu yang hadir pada upacara tersebut.
Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara mengandung sembilan bulan dilaksanakan setelah kandungan masuk sembilan bulan dalam upacara ini dilakukan pengajian dengan maksud agar byi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunnya lahir. dalam upcara ini dibuat bubur sebagai simbol dari upacara ini yiatu supaya dapat kemudahan melahirkan. bubur ini biasannya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
Rampak Gendang merupakan kesenian yang berasal
dari Jawa Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara
bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara
tertentu untuk melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang
yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak
gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.
Upacara Adat Masa Kehamilan
Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat jawa barat apabila seorang perempuan baru mengandung w atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. setelah lewat 3 bulan barulah disebut hanil. upacara mengandung tiga bulan dan lima bulan dilakukan sebgai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul - betul hamil.
Namun sekarang kecendrungan orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjak empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah Swt. biasannya pelaksanaan upacara mengandung empat bulan ini mengandung pengajian untuk membacakan do'a selamat, biasannya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinnya mulus, senpurna,seat dan selamat.
Upacara mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkaben adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seseorang ibu menggandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungannya dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkabean berasal dari kata tingkeb artinya tutup. maksudnya si ibu sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminnya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah terlalu besar, hal ini menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, dalam upacara ini biasannya membaca ayat Al-Qur'an surat yusuf, surat Lukman & Surat Maryam.
Disamping itu di persiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil, dan yang utama adalah rujak konsisten yang terdiri dari 7 buah-buahan. ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji.
Secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. pada guyuran ketujuh dimasukkan belut sampai mengena pada perut si ubu hamil. hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar.
Sesudah selesai dimadikan biasannya ibu hamil didandankan dan dibawa ke rujak konsisten tadi dan kemudian ibu hamil tersebut menjual rujak tersebut kepada anak anak dan para tamu yang hadir pada upacara tersebut.
Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara mengandung sembilan bulan dilaksanakan setelah kandungan masuk sembilan bulan dalam upacara ini dilakukan pengajian dengan maksud agar byi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunnya lahir. dalam upcara ini dibuat bubur sebagai simbol dari upacara ini yiatu supaya dapat kemudahan melahirkan. bubur ini biasannya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
G.
KESENIAN SUKU SUNDA
Wayang
Golek
Wayang
golek mirip dengan wayang kulit ya. Tapi 2 jenis wayang ini ternyata berbeda
bentuk lho. Wayang itu sendiri mengandung arti boneka tiruan manusia yang
terbuat dari pahatan kayu atau kulit. Nah, sekarang tau kan perbedaan wayang
kulit dan wayang golek. Dalam pertunjukan wayang golek, sang dalang selalu
menggunakan bahasa daerahnya., Ciri-ciri kesenian wayang adalah selalu
membutuhkan bantuan Dalang yaitu sebutan untuk orang yang mengendalikan para
wayang. 1 dalang bisa memainkan 4-10 karakter wayang.
Tari
Jaipongan
Jaipongan
adalah jenis tarian traidisional Sunda, tepatnya dari Karawang. Lahir dari
tangan kreatif H. Suanda pada tahun 1976. Tarian Jaipongan adalah campuran dari
seni lain seperti pencak silat, topeng banjet, ketuk tilu, wayang golek dan
lain-lain. Tarian ini sangat pesat berkembangnya, musiknya pun
diiringi oleh degung, ketuk,
rebab, gendang, kecrek, sinden, dan goong. Cocok ya, tari tradisional iringan
musiknya juga tradisional, pakaiannya pun menggunakan pakaian tradisional Sunda
yang terdiri dari sampur, apok dan sinjang. Biasanya penari berlenggak lenggok
mengikuti instrumen musiknya. Walau terdengar gampang, sebenarnya tarian ini
lebih susah karena membutuhkan kelenturan tubuh.
Degung
Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang
biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan
sebagai musik pengiring/pengantar.
Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.
Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.
Rampak Gendang
Calung
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Calung,
calung ini adalah kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu
yang telah dipotong dan dibentuk sedemikian rupa dengan pemukul/pentungan kecil
sehingga menghasilkan nada-nada yang khas.
Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5
orang atau lebih. Calung ini biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian
sunda atau pengiring dalam lawakan.
Pencak Silat
Pencak silat merupakan kesenian yang berasal dari daerah
Jawa Barat, yang kini sudah menjadi kesenian Nasional. Pada awalnya pencak
Silat ini merupakan tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya
itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat ini dibawakan
oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian yang serba hitam, menggunakan
ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang, serta memakai ikat
kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya Iket. Pada umumnya kesenian
pencaksilat ini ditampilkan dengan diiringi oleh musik yang disebut gendang
penca, yaitu musik pengiring yang alat musiknya menggunakan gendang dan
terompet.
Sisingaan
Sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang
Jawa barat. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong patung yang
berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh
empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini
biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.
Kuda Lumping
Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain,
karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan
memainkannya seperti kesurupan.
Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang
sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi
dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang
memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang
memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian
ini dipimpin oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam
memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian
yang cukup berbahaya.
Bajidoran
Bajidoran
merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama dengan permainan
musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu tradisional atau lagu
daerah Jawa Barat serta alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat
musik tradisional Jawa Barat seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi,
Rebab, Jenglong serta Terompet. Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah
panggung dalam acara pementasan atau acara pesta.
Cianjuran
Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat. Kesenian ini
menampilkan nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang
dibawakannya pun merupakan lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat
memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran ini yaitu Mamaos yang artinya
bernyanyi.
Kacapi Suling
Kacapi suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa
Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang hanya menggunakan Kacapi dan
Suling. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda
yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi
perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden.
Reog
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog,
kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan
musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh
beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini
ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan
adalah cerita lucu atau lelucon.
H.
BAHASA
Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda.
Bahasa Sunda adalah bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat
komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat pengembang serta pendukung kebudayaan
Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan bagian dari budaya yang
memberi karakter yang khas sebagai identitas Suku Sunda yang merupakan salah
satu Suku dari beberapa Suku yang ada di Indonesia.
I. MATA PENCAHARIAN
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak
suka merantau atauhidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan
orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari
Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara
umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia.
Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang berupa
pendidikan, pembinaan, dl
J. SISTEM KEPERCAYAAN
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian
kecil yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di
Banten Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha. Selatan.
Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh
kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam
semesta.Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan
keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong
royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun Lutung
Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang
Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam
dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut
Dewata). Ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar
Baik kepada mereka.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar